Kisah Ayam Taki-taki dan Calon Menantu

Saida Waliya         No comments
Ayam Goreng dan Menantu Pilihan Bapak


Karya: Dewi Hastuti



Perasaan ini tidakkah begitu menyenangkan sejak beberapa hari ini. Ingatan melayang pada Bapak. Meski seminggu yang lalu Aku mengunjungi beliau sebelum Ramadhan. Meminta sejumput doa dan maafnya agar dikuatkan iman dalam menunaikan ibadah puasa. Beliau tak banyak bicara. Namun tatap matanya masih menyisakan tanya. Sama seperti tahun-tahun nan silam. Kenapa sendiri saja pulang?


Aku menghubungi sebuah nomor. Pertanyaan pertama yang terlontar adalah bagaimana kabar Bapak. Suara diseberang menjelaskan bahwa lelaki tua kesayangan itu mendadak sakit usai mendengar berita kematian kerabat yang usianya tak jauh berbeda. Lalu terlontar ucapan beliau, waktu Aku tak lama lagi. Aku terlonjak kaget. Ya Allah, jangan jadikan ini sebuah isyarat.

Tanpa berpikir panjang Aku mengemasi beberapa lembar pakaian dan segera memesan travel untuk pulang. Bismillah saja dulu.


Meski tak terselip selembar uang pun di balik saku. Tapi Aku yakin Allah akan mengirimkan rejekinya. Allah Maha Kaya dan Aku tinggal berbisik saja padaNya. Ya Allah, pelihara langkah hamba.

Lelaki tua itu terengah membawa tubuhnya. Sudah beberapa hari terbaring ia hendak menghirup udara di luar sana. Namun langkah terasa limbung. Sigap tangan ini membimbingnya. Tubuh itu semakin mengecil terasa di dalam genggaman.


Setelah membuat posisinya sedikit nyaman, Aku hanya bisa berbisik lirih.


"Bapak mau makan apa?" " Ayam goreng taki-taki saja."


Ayam goreng taki-taki. Itu sebutan beliau untuk ayam goreng Kentucky. Ya, baiklah. Aku pun bergegas memacu motor. Ada satu tempat yang Aku datangi terlebih dahulu sebelum membeli taki-taki. Apa pun judulnya kunjungan itu, Aku hanya ingin mewujudkan satu permintaannya. Jadi berapun rupiah yang didapat syukuri saja demi sepotang Ayam goreng taki-taki.


Aku yakin kantong ini akan lama di dalam genggamannya. Aku mulai terbiasa mengabaikan sorot mata mengandung tanya yang tak pernah bisa Aku berikan jawabannya.


Bukan maksud hati mengabaikan tanya. Tapi bagaimanakah cara untuk mewujudkannya? Bukan pula keinginan diri berlama-lama mengambil keputusan. Untuk mengurai kusut yang terlanjur diperbuat pun rasanya... entahlah.


Ayam goreng dan menantu pilihan Bapak bagai pilihan sulit yang tak bisa segera Aku putuskan. Lalu?


Dini hari tadi Aku menghampiri kamarnya. Ia terbaring dan terlihat semakin lemah. Lama Aku pandangi tanpa tahu harus berkata apa. Di atas meja sampah taki-takinya terlihat mulai tipis. Meski bersisa Alhamdulillah ayam gorengnya telah ia santap semalam.


Menyadari kehadiran Aku, ia meminta segelas air putih hangat. Beliau duduk sambil mengurut dan meluruskan kaki. Kaki yang semakin berat untuk dibawa melangkah.


Dalam diam cairan bening di sudut mata ini meleleh. Tanpa menimbulkan suara gaduh, kamar mungilnya Aku rapikan. Lalu berbisik, "Pagi ini Aku ada sedikit urusan. Jika masih ada waktu, nanti kita ke Rumah Sakit."


Ya Rabb, Beri Aku banyak waktu untuk memberikan yang terbaik kepada lelaki kesayangan ini. Beri saya kesempatan memenuhi seluruh janji bakti. Beri Aku kesempatan memenuhi permintaannya, membawa menantu pilihan untuk berjabatan dengannya agar usai segala beban yang ia tanggungkan.


Aku tergugu.


Ya Rabb luaskan waktu itu. Luaskanlah waktu itu. Tak kupinta apa-apa lagi kecuali hanya waktu yang selama ini tersia-siakan oleh kesombongan dan keangkuhan.

Kabulkanlah ya Rabb...
Dipublikasikan Oleh Saida Waliya

Graduated from the Health Nursing School, who dedicated life in the world of videograpphy, trying to make money with online and internet marketing.
Follow us Facebook.

0 comments:

About Us

Total Pageviews

Contact

© 2014 Love Quotes Minda. Designed by Bloggertheme9
Powered by Blogger.